BEKASI – Dampak pemadaman listrik oleh PLN pada hari Minggu (11/8/2019), sedikitnya satu juta jiwa pengguma air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bhagasasi, tidak mendapatkan layanan air bersih. Bahkan hingga saat ini, Rabu (7/8/2019), di beberapa wilayah pelayanan seperti di PDAM Cabang Rawalumbu, Kota Bekasi, air belum mengalir normal.
Selain pelanggan yang tidak terlayani air bersih, PDAM tersebut juga kehilangan pendapatan sedikitnya Rp 1 miliar selama ada gangguan listrik. Sebab, dalam proses produksi, PDAM 100 persen menggunakan energi listrik.
Penggunaan tenaga listrik mulai dari intik atau pengambilan air baku, hingga proses dan pengaliran air dari reservoir ke pelanggan, semuanya mengandalkan listrik. Maka, managemen PDAM ini rata-rata membayar pemakaian rekening listrik ke PLN setiap bulan sekitar Rp 3,1 miliar.
Demikian dijelaskan Direktur Teknik PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi Johny Dewanto bersama Kabag Keuangan Joni Purwanto, kemarin. Yang mengenaskan, tarif listrik yang dibayar PDAM serupa dengan tatif industri. Sementara PDAM melayani pelanggan sosial yang airnya hanya dibayar Rp 1050 per meter kubik.
Selain kehilangan pendapatan sedikitnya Rp 1 miliar, terjadi pula kelambatan pelayanan. Sebab, setelah listrik padam, jaringan perpipaan, airnya kosong. Untuk mengaliri pipa, apalagi yang jaraknya ada sampai 20 kilo meter dari Instalasi Pengolahan Air (IPA), bisa sampai satu minggu, apalagi listrik belum menyala normal, ujar Johny Dewanto.
Dampak lain yang merugikan PDAM, target pemakaian air rata-rata setiap pelanggan 19 meter kubik perbulan, tidak tercapai. Jadi, dengan adanya pemadaman listrik, bukan hanya PDAM yang rugi. Tapi masyarakat pelanggan PDAM juga terdampak karena tidak dapat menikmati air bersih, katanya.
(Sumber: Indenpendensi)