Kehilangan air atau kebocoran yang diakibatkan berbagai faktor, merupakan salah satu kendala di PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi. Bahkan, kehilangan air ini juga dialami dan terjadi di seluruh PDAM.
Faktor utama kebocoran sebagian besar terjadi pada jaringan perpipaan. Itu akibat usia pipa yang sudah tua. Usia teknis pipa rata-rata 20 tahun (tergantung jenis pipa). Kebocoran juga akibat perkembangan pembangunan sehingga banyak pipa kini berada tidak pada posisi sebenarnya.
Misalnya, pipa yang tadinya di tepi jalan raya, dampak perluasan jalan mengakibatkan pipa berada di bawah jalanan. Sementara beban jalanan akibat volume kendaraan sangat tinggi, mengakibatkan getaran dan membuat jaringan pipa banyak yang bocor akibat bereak, dan sulit diperbaiki.
Bahkan, ada jaringan pipa yang harus di relokasi karena adanya pembangunan jalan maupun badan sungai. Panjang jaringan pipa yang dimiliki PDAM Tirta Bhagasasi sebagaimana diketahui, saat ini sedikitnya 2.500 kilo meter (KM). Sebagian besar, sudah melampaui usia teknis pemakaian.
Kemudian, kehilangan air bisa juga terjadi akibat adanya sambungan ilegal oleh orang-orang tertentu, mengakibatkan air tetap mengocor tetapi tidak terjual. Dan berbagai macam penyebab terjadinya kehilangan air, baik saat proses produksi dan pada jaringan perpipaan.
Terkait kehilangan atau kebocoran air tersebut, Direktur Utama PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi Usep Rahman Salim memaparkan, kehilangan air yang saat ini terjadi di perusahaannya masih di atas 30 persen. Berbagai upaya dan langkah mengurangi kehilangan air, terus dilakukan.
Hal itu diungkapkan saat peresmian pengoperasian Instalasi Pengolahan Air (IPA) milik PT Waterindo Primatech Bekasi yang bekerja sama dengan PDAM Tirta Bhagasasi, kemarin.
Terkait kehilangan air tersebut, Tim dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Tenaga Kerja Jepang yang tergabung dengan Japan Indonesia Study Commitee for Water Supplay Projects in Indonesia (JISCOWAPINDO), baru-baru ini berkunjung ke PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi.
Tim yang dipimpin Masaki ITOH dari National Institute of Public Healt bersama Sekretaris JISCOWAPINDO Toru Tomoko dan Shigeru Sugawara selaku Expert JICA, berdiskusi bersama direksi dan para kepala bagian PDAM Tirta Bhagasasi.
Disebutkan, tim terdiri dari enam orang tersebut, ingin melakukan survey dan study terkait kegiatan proyek baru dengan jasa layanan air. Hasil study dan survei di Indonesia khususnya di PDAM Tirta Bhagasasi, akan dilaporkan kepada Kementerian Kesehatan dan Kementerian Tenaga Kerja Pemerintah Jepang untuk dikaji.
Salah satu tujuan study kata Masaki ITOH, bagaimana menangani kebutuhan dan meningkatkan pelayanan air di Indonesia dan bekerja sama dengan Pemerintah Jepang.
Tim dari Jepang ini, melakukan tinjauan lapangan bagaimana menangani kebocoran pada jaringan perpipaan, juga memfokuskan survey bidang sistem jaringan perpipaan dan kebocoran yang menyebabkan terjadinya kehilangan air.
Dirum PDAM Tirta Bhagasasi Ulan Ruslan menjelaskan bahwa jaringan perpipaan di perusahaan tersebut sudah banyak usia tua atau di atas usia teknis. Bahkan ada pipa dibangun tahun 1979.
Sesuai perkembangan pembangunan di Kota dan Kabupaten Bekasi, disebutkan banyak jaringan pipa PDAM posisinya kini sudah di tengah bangunan jalan, bahkan ada di badan sungai sehingga sulit mendeteksi kebocoran air.
Dijelaskan pula cakupan pelayanan air bersih kepada masyarakat kini baru mencapai 31 persen dari jumlah penduduk di Kota dan Kabupaten Bekasi sekitar 5,5 juta jiwa. Kini jumlah pelanggan 220.000 lebih sambungan langganan dan kapasitas produksi sekitar 2.945 liter per detik. (Jonder Sihotang)
Sumber: independen