Di hadapan anggota DPRD dan para pejabat di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Bekasi pada sidang paripurna, Bupati Ade Kuswara Kunang menegaskan bahwa penertiban bangunan liar adalah komitmen pemerintahannya.
Tidak hanya itu, bahkan pembongkaran bangunan tak berizin itu, adalah kesepakatan semua jajaran pemerintahannya bersama semua anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah setempat. Dalam Forkopimda ada Kapolres, Dandim, Kelapa Kejaksaan, didukung para tokoh masyarakat.
Jika ditotal selama masa 100 hari kerja bersama Wakilnya Asep Surya Atmaja, sedikitnya 11.OOO bangunan liar habis dibongkar paksa. Ke-11.000 bangunan berbagai jenis tersebut, terletak di 120 titik lokasi.
Semuanya berada di sepanjang daerah aliran sungai dan saluran irigasi. Jika masih ada masyarakat mendirikan bangunan bukan di lahan miliknya apalagi tanah yang dikuasai negara, akan ditindak tegas.
Penegasan itu disampaikan pada Rapat Paripurna DPRD pada peringatan Hari Jadi ke-75 Kabupaten Bekasi. Paripurna yang dihadiri semua kepala desa, lurah, camat dan ASN di lingkup Pemkab Bekasi juga dihadiri para tokoh masyarakat, tokoh agama, ulama, dan para lembaga kemasyarakatan lainnya.
Ade menegaskan, penertiban bangunan liar untuk perbaikan lingkungan, mengembalikan fungsi lahan irigasi dan sungai. Semuanya dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan masyarakat.
Ia kembali mengingatkan siapa pun di wilayah Kabupaten Bekasi yang mendirikan bangli terutama di lahan pemerintah, pembongkaran dilakukan secara berkelanjutan.
Saat ini, katanya, di atas lahan bangli tersebut diprioritaskan untuk pembangunan Ruang Terbuka Hijau. Hal ini juga merupakan bagian dari reboisasi dan pemulihan lingkungan yang tujuannya untuk kemaslahatan masyarakat banyak.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang hadir saat paripurna, menyatakan dukungan penuh atas apa yang dilakukan Bupati Ade terkait pengembalian fungsi lahan terutama di tepi sungai atau pengairan irigasi.
Bahkan Dedi menyebut bahwa Bupati Bekasi diberi julukan “Raja Bongkar”. Namun apa yang dilakukan untuk kebaikan bersama.
Dalam pembongkaran bangli memang harus berani. Hal itu ada pada Ade Kunang. Namun dalam pelaksanaan berpotensi menuai resistensi.
Sebab, ujar Dedi, sungai memiliki peran penting dalam sejarah Bekasi sejak masa Kerajaan Tarumanegara. Dahulu sungai sumber mata pencaharian dan menjadi sumber peradaban sekaligus penopang kehidupan masyarakat. (tim media)
“


